22.16
0
“Argh..Gak..gue gak mau keluar.Gue mau tetep disini.Bawel banget sih lo..panas tau….!!udah napa bacain doanyaa..ampun..ampun…!!” Teriak Nur, seorang siswi SMAN 55 yang sedang kesurupan dan sedang dibacakan doa oleh beberapa guru agama.
            Kian lama, malam kian sunyi dan menyeramkan ditambah lagi dengan suara beberapa anak yang saat itu sedang kesurupan dan dibawa ke masjid sekolah.  Malam itu, jadwal kami untuk muhasabah bagi peserta pesantren kilat. Pesantren kilat pada tahun itu dibuat agak sedikit berbeda dengan tahun kemaren, yaitu dengan mengadakan muhasabah di luar ruangan yakni dilapangan.
            Teriakan demi teriakan membuat suasana malam itu makin mencekam, beberapa siswi banyak yang jatuh pingsan karena ketakutan. Bahkan ada siswi yang sampai berteriak kencang. Tak lain dan tak bukan penyebabnya adalah kesurupan.
            Aku yang saat itu menjadi panitia sibuk bukan main, dikarenakan kita harus mengatur kurang lebih 250 siswa dan siswi yang menjadi peserta pesantren kilat. Disini aku menjabat sebagai sie dokumentasi namun, pekerjaanku berada dimana saja selama aku mampu maka ku kerjakan.
            Setelah mengadakan muhasabah malam itu, kami para panitia siswa maupun siswi beranjak untuk tidur. Panitia siswi memutuskan untuk tidur di ruang audio visual sedangkan panitia siswa tidur di masjid lantai bawah.
            Ketika sedang asyiknya bercanda satu sama lain di audio visual, tiba – tiba maryam jatuh di dekat kami, kemudian ia berteriak – teriak tak karuan. Dia baru saja datang dari masjid untuk mengambil sesuatu disana, padahal hari sudah malam.
            “Yaudah..kalian semua tenang ya..mari kita buka AL qura’an dan bacakan ia ayat – ayat Allah”. Ucap seorang kakak alumni kami yang bernama Kan Gustiana.
Ka Gustiana telah melihat ketakutan aku dan beberapa temanku yang melihat keadaan maryam seperti itu.
“Astaghfirullah..” Tak henti – hentinya aku mengucapkan kata – kata itu.
“Sedih aku melihat keadaan maryam seperti itu” Ucapku dalam hati.
“Udah ran, yuk kita baca Al Qur’an, hanya kepada Allah lah kita memohon petunjuk”ucap Nina menenangkanku.
Akhirnya kami semua membacakan doa sedangkan Maryam tetap berteriak – teriak meracau dengan perkataan yang tak jelas. Setelah kurang lebh satu jam, MAryam pun telah kembali sadar karena arwah dalam tubuhnya sudah mau keluar. Tapi anehnya saat ditanya ia diam saja.
“yam, nih makan dulu..udah kamu jangan bengong dong yam..”Ucap Ida, salah satu sahabat Maryam.
Waktu Sahur pun tiba, Kami membangunkan para peserta untuk makan sahur bersama di lapangan. Kami benar – benar tak tidur semalaman itu dan akhirnya para panitia pun tidur dimasjid karena takut apabila hal itu terulang.
Baru saja dibicarakan, tetapi Allah tak mengabulkan. Kehendak lainnya terjadi. Nur lagi – lagi diam dan duduk sendirian. Kami agak takut melihatnya karena tatpan mata yang dipancarkan agak berbeda.
“Wah..kena lagi..astaghfirullah…”ucapku dalam hati.
“Nur, ke Masjid yuk bentar lagi waktu subuh, kita sholat dulu yuk..”ajak Nadia, sahabat Nur yang sedari tadi menunggu jawaban dari Nur.
Nur makin lama makin diam saja. Gelagat aneh pun terlihat tak seperti biasanya. “Astaghfirullah”
Akhirnya kami memanggil ka Gustiana dan ka Gustiani untuk membantu kami membujuk Nur ke masjid. Nur tetap menggelengkan kepalanya.
“Gue bilang gak mau ya gak mau..Ngerti gak sih lo…!” Teriak Nur yang mengagetkan kita semua. Akhirnya Nur pun terpaksa dibawa ke ruang perpustakaan oleh ka Gustiana dan Gustiani.
Beberapa dari kita para panitia siswi akhirnya pergi meninggalkan mereka untuk sholat subuh dimasjid.
“ya Allah…cobaan apalagi ini..”Ucapku
“Udah ran..ambil hikmahnya aja.”jawab Rena dengan tenang.
“amiin..”sahutku kemudian.
Siang itu benar – benar berbeda dari biasanya. Suasana jadi sedikit mencekam. Ditambah lagi dengan keadaan Nur dan Maryam yang diam saja. Kami takut mereka masih diikuti para arwah yang nakal disekolah kami.
Aku memang sering mendengar bahwa di setiap sekolah sering terjadi kejadian seperti itu, namun ini adalah pengalaman pertama bagiku.
“Hush..jangan bengong ran.. ucap ani menyadarkanku dari lamunan.
Saat itu sedang talkshow yang diberikan oleh seorang ustaad yang kami undang. Belia banyak bercerita sehingga kami yang berada dilantai bawah masjid tak akan mengetahui kejadian apa yang terjadi dilantai atas.
Ya, Nur mengamuk kembali setelah ditanya – tanya oleh kakak mentor kami. Kakak mentor kami bernama Ka Indri. Nur mengamuk sejadi – jadinya. Ia meronta dalam genggaman beberapa kakak kelas kami. Jujur saat itu aku takut dan gemetaran serta akupun tak tega melihat keadaan Intan yang seperti itu. Maryam pun juga diam saja tak melakukan apa – apa kecuali melamun.
“aku kebawah yaa..”ucap Nadia yang tidak tega melihat keadaan temannya seperti itu.
“Nad…” sahutku..
Nadiapun menangis sejadi – jadinya dihadapanku. Dan akhirnya aku kebawah untuk menenangkannya. Peserta pesantren kilat melihat kami dengan muka heran.
“sudah Nad…udah..kamu jangan nangis..gak akan bisa meyelesaikan maslah kalau kamu Cuma nangis..” ucapku yang sok dewasa saat itu.
“Hiks..hikss…hikss…” Nadia makn terisak – isak.
Suasana di masjid lantai atas benar – benar mencekam. Akhirnya kita memanggil beberapa alumni ikhwan yang ada di bawah dan meminta tolong untuk meruqiyahnya.
Pesantren kilatpun selesai. Namun, Nur dan Maryam makin menjadi – jadi disana. Mereka meronta – ronta kepanasan saat ayat – ayat al Quran terus dikumandangkan. Tak ada suasana yang gembira saat itu. Semua mata melihat al Quran. Tak ada yang berusaha untuk melamun. Mulut demi Mulut tak mau diam mengucap asma Allah.
Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya hal yang ditunggu – tunggu datang juga.
“gak…gue gak mau keluar..!!Gue udah betah didalem sini..” Ucap Nur yang sebenarnya adalah arwah yang didalam tubuhnya yang menjawab.
“antum gak boleh disini..lo cari tempat lain aja..disini bukan tempat lo ayo keluar…!!”ucap sang kakak alumni ikhwan sambil kemudian membacakan ayat – ayat Al Quran.
“iye iye gue keluar…tapi gue kapan – kapan boleh masuk sini lagi yaa…”jawab arwah yang ada ditubuh Nur.
“Gak! Antum gak boleh disini lagi..cari tempat lain..!”teriak sang kakak makin keras.
Akhirnya dengan negosiasi yang begitu panjang. Si arwah pun akhirnya mau keluar. Sedangkan Maryam terus sekuat tenaga melawan kekuatan arwah yang ada didalamnya sambil kami bantu dengan doa dan ayat- ayat suci Al Quran. Hingga beberapa jam kemudian, Mereka pun sadar walaupun belum sempurna. Kami pulang dengan keadaan lega tapi agak sedikit cemas setelah selesai sholat ashar berjamaah.
Ternyata setelah kami telaah terlebih dahulu, Nur adalah termasuk anak yang kurang mendapat perhatian dari ayah dan Ibunya. Sehingga terkadang masalah – masalah ia ungkapkan hanya dengan boneka dan buku harian. Salah seorang kakak kelas kami mencoba memberanikan diri membuka buku harian yang Nur bawa dan membacanya, sehingga kami tau apa permasalahan yang terjadi dengan Nur.
Begitu pula dengan Maryam, bedanya Maryam selalu terlihat ceria disetiap kesempatan sehingga sejujurnya bagi aku sangat mengherankan pabila Maryam bisa kesurupan.
Hari berikutnya, kami sekolah. Masih terlihat gelagat aneh Nur yang saat itu memang mengalami hal paling berat dalam hidupnya. Nur kembali kesurupan lagi dan pingsan saat belajar di audio visual.
Selama kurang lebih satu bulan, banyak terjadi kesurupan tidak hanya Nur dan Maryam saja. Tetapi beberapa siswi pun banyak yang terkena dampak setelah pesantren kilat.
Kami baru menyadari bahwa ternyata para penghuni dilapangan belakang mengamuk karena tempatnya dibongkar sehingga mereka masuk ke jiwa – jiwa siswa yang sedang kosong dikelas.
Akhirnya kami menyadari bahwa sesungguhnya masalah dapat terselesaikan dengan baik apabila kita berbagi dengan sesama sehingga kita tidak menanggung beban itu sendirian dan menyebabkan kita melamun karena dengan melamun itulah kita memberikan kesempatan bagi setan menghancurkan hidup kita.
END

0 komentar:

Posting Komentar