“Argh..Gak..gue
gak mau keluar.Gue mau tetep disini.Bawel banget sih lo..panas
tau….!!udah napa bacain doanyaa..ampun..ampun…!!” Teriak Nur, seorang
siswi SMAN 55 yang sedang kesurupan dan sedang dibacakan doa oleh
beberapa guru agama.
Kian
lama, malam kian sunyi dan menyeramkan ditambah lagi dengan suara
beberapa anak yang saat itu sedang kesurupan dan dibawa ke masjid
sekolah. Malam itu, jadwal kami untuk muhasabah bagi
peserta pesantren kilat. Pesantren kilat pada tahun itu dibuat agak
sedikit berbeda dengan tahun kemaren, yaitu dengan mengadakan muhasabah
di luar ruangan yakni dilapangan.
Teriakan
demi teriakan membuat suasana malam itu makin mencekam, beberapa siswi
banyak yang jatuh pingsan karena ketakutan. Bahkan ada siswi yang sampai
berteriak kencang. Tak lain dan tak bukan penyebabnya adalah kesurupan.
Aku
yang saat itu menjadi panitia sibuk bukan main, dikarenakan kita harus
mengatur kurang lebih 250 siswa dan siswi yang menjadi peserta pesantren
kilat. Disini aku menjabat sebagai sie dokumentasi namun, pekerjaanku
berada dimana saja selama aku mampu maka ku kerjakan.
Setelah
mengadakan muhasabah malam itu, kami para panitia siswa maupun siswi
beranjak untuk tidur. Panitia siswi memutuskan untuk tidur di ruang
audio visual sedangkan panitia siswa tidur di masjid lantai bawah.
Ketika
sedang asyiknya bercanda satu sama lain di audio visual, tiba – tiba
maryam jatuh di dekat kami, kemudian ia berteriak – teriak tak karuan.
Dia baru saja datang dari masjid untuk mengambil sesuatu disana, padahal
hari sudah malam.
“Yaudah..kalian
semua tenang ya..mari kita buka AL qura’an dan bacakan ia ayat – ayat
Allah”. Ucap seorang kakak alumni kami yang bernama Kan Gustiana.
Ka Gustiana telah melihat ketakutan aku dan beberapa temanku yang melihat keadaan maryam seperti itu.
“Astaghfirullah..” Tak henti – hentinya aku mengucapkan kata – kata itu.
“Sedih aku melihat keadaan maryam seperti itu” Ucapku dalam hati.
“Udah ran, yuk kita baca Al Qur’an, hanya kepada Allah lah kita memohon petunjuk”ucap Nina menenangkanku.
Akhirnya
kami semua membacakan doa sedangkan Maryam tetap berteriak – teriak
meracau dengan perkataan yang tak jelas. Setelah kurang lebh satu jam,
MAryam pun telah kembali sadar karena arwah dalam tubuhnya sudah mau
keluar. Tapi anehnya saat ditanya ia diam saja.
“yam, nih makan dulu..udah kamu jangan bengong dong yam..”Ucap Ida, salah satu sahabat Maryam.
Waktu
Sahur pun tiba, Kami membangunkan para peserta untuk makan sahur
bersama di lapangan. Kami benar – benar tak tidur semalaman itu dan
akhirnya para panitia pun tidur dimasjid karena takut apabila hal itu
terulang.
Baru
saja dibicarakan, tetapi Allah tak mengabulkan. Kehendak lainnya
terjadi. Nur lagi – lagi diam dan duduk sendirian. Kami agak takut
melihatnya karena tatpan mata yang dipancarkan agak berbeda.
“Wah..kena lagi..astaghfirullah…”ucapku dalam hati.
“Nur,
ke Masjid yuk bentar lagi waktu subuh, kita sholat dulu yuk..”ajak
Nadia, sahabat Nur yang sedari tadi menunggu jawaban dari Nur.
Nur makin lama makin diam saja. Gelagat aneh pun terlihat tak seperti biasanya. “Astaghfirullah”
Akhirnya
kami memanggil ka Gustiana dan ka Gustiani untuk membantu kami membujuk
Nur ke masjid. Nur tetap menggelengkan kepalanya.
“Gue
bilang gak mau ya gak mau..Ngerti gak sih lo…!” Teriak Nur yang
mengagetkan kita semua. Akhirnya Nur pun terpaksa dibawa ke ruang
perpustakaan oleh ka Gustiana dan Gustiani.
Beberapa dari kita para panitia siswi akhirnya pergi meninggalkan mereka untuk sholat subuh dimasjid.
“ya Allah…cobaan apalagi ini..”Ucapku
“Udah ran..ambil hikmahnya aja.”jawab Rena dengan tenang.
“amiin..”sahutku kemudian.
Siang
itu benar – benar berbeda dari biasanya. Suasana jadi sedikit mencekam.
Ditambah lagi dengan keadaan Nur dan Maryam yang diam saja. Kami takut
mereka masih diikuti para arwah yang nakal disekolah kami.
Aku
memang sering mendengar bahwa di setiap sekolah sering terjadi kejadian
seperti itu, namun ini adalah pengalaman pertama bagiku.
“Hush..jangan bengong ran.. ucap ani menyadarkanku dari lamunan.
Saat
itu sedang talkshow yang diberikan oleh seorang ustaad yang kami
undang. Belia banyak bercerita sehingga kami yang berada dilantai bawah
masjid tak akan mengetahui kejadian apa yang terjadi dilantai atas.
Ya,
Nur mengamuk kembali setelah ditanya – tanya oleh kakak mentor kami.
Kakak mentor kami bernama Ka Indri. Nur mengamuk sejadi – jadinya. Ia
meronta dalam genggaman beberapa kakak kelas kami. Jujur saat itu aku
takut dan gemetaran serta akupun tak tega melihat keadaan Intan yang
seperti itu. Maryam pun juga diam saja tak melakukan apa – apa kecuali
melamun.
“aku kebawah yaa..”ucap Nadia yang tidak tega melihat keadaan temannya seperti itu.
“Nad…” sahutku..
Nadiapun
menangis sejadi – jadinya dihadapanku. Dan akhirnya aku kebawah untuk
menenangkannya. Peserta pesantren kilat melihat kami dengan muka heran.
“sudah
Nad…udah..kamu jangan nangis..gak akan bisa meyelesaikan maslah kalau
kamu Cuma nangis..” ucapku yang sok dewasa saat itu.
“Hiks..hikss…hikss…” Nadia makn terisak – isak.
Suasana
di masjid lantai atas benar – benar mencekam. Akhirnya kita memanggil
beberapa alumni ikhwan yang ada di bawah dan meminta tolong untuk
meruqiyahnya.
Pesantren
kilatpun selesai. Namun, Nur dan Maryam makin menjadi – jadi disana.
Mereka meronta – ronta kepanasan saat ayat – ayat al Quran terus
dikumandangkan. Tak ada suasana yang gembira saat itu. Semua mata
melihat al Quran. Tak ada yang berusaha untuk melamun. Mulut demi Mulut
tak mau diam mengucap asma Allah.
Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya hal yang ditunggu – tunggu datang juga.
“gak…gue
gak mau keluar..!!Gue udah betah didalem sini..” Ucap Nur yang
sebenarnya adalah arwah yang didalam tubuhnya yang menjawab.
“antum
gak boleh disini..lo cari tempat lain aja..disini bukan tempat lo ayo
keluar…!!”ucap sang kakak alumni ikhwan sambil kemudian membacakan ayat –
ayat Al Quran.
“iye iye gue keluar…tapi gue kapan – kapan boleh masuk sini lagi yaa…”jawab arwah yang ada ditubuh Nur.
“Gak! Antum gak boleh disini lagi..cari tempat lain..!”teriak sang kakak makin keras.
Akhirnya
dengan negosiasi yang begitu panjang. Si arwah pun akhirnya mau keluar.
Sedangkan Maryam terus sekuat tenaga melawan kekuatan arwah yang ada
didalamnya sambil kami bantu dengan doa dan ayat- ayat suci Al Quran.
Hingga beberapa jam kemudian, Mereka pun sadar walaupun belum sempurna.
Kami pulang dengan keadaan lega tapi agak sedikit cemas setelah selesai
sholat ashar berjamaah.
Ternyata
setelah kami telaah terlebih dahulu, Nur adalah termasuk anak yang
kurang mendapat perhatian dari ayah dan Ibunya. Sehingga terkadang
masalah – masalah ia ungkapkan hanya dengan boneka dan buku harian.
Salah seorang kakak kelas kami mencoba memberanikan diri membuka buku
harian yang Nur bawa dan membacanya, sehingga kami tau apa permasalahan
yang terjadi dengan Nur.
Begitu
pula dengan Maryam, bedanya Maryam selalu terlihat ceria disetiap
kesempatan sehingga sejujurnya bagi aku sangat mengherankan pabila
Maryam bisa kesurupan.
Hari
berikutnya, kami sekolah. Masih terlihat gelagat aneh Nur yang saat itu
memang mengalami hal paling berat dalam hidupnya. Nur kembali kesurupan
lagi dan pingsan saat belajar di audio visual.
Selama
kurang lebih satu bulan, banyak terjadi kesurupan tidak hanya Nur dan
Maryam saja. Tetapi beberapa siswi pun banyak yang terkena dampak
setelah pesantren kilat.
Kami
baru menyadari bahwa ternyata para penghuni dilapangan belakang
mengamuk karena tempatnya dibongkar sehingga mereka masuk ke jiwa – jiwa
siswa yang sedang kosong dikelas.
Akhirnya
kami menyadari bahwa sesungguhnya masalah dapat terselesaikan dengan
baik apabila kita berbagi dengan sesama sehingga kita tidak menanggung
beban itu sendirian dan menyebabkan kita melamun karena dengan melamun
itulah kita memberikan kesempatan bagi setan menghancurkan hidup kita.
END
0 komentar:
Posting Komentar